![]() |
sumber gambar: freepik |
Saya tak lagi menyewa kamar di lautan ruang kehidupan
Ya, saya baru saja mengatakan hal aneh itu pada judul. Rasanya, dalam hidup
ini banyak sekali ruang-ruang dengan berbagai macam bentuk yang bertebaran.
Mengimbau dengan suara merdu tetapi amat dingin, meminta untuk didatangi.
Sayangnya, menempati ruang tersebut tidaklah cuma-cuma. Ada beberapa syarat
yang mesti dipenuhi untuk menyewa. Tak jarang, untuk mendapatkannya kita mesti
berkompetisi dengan calon penyewa lain. Begitulah kira-kira yang saya pikirkan
tentang kehidupan. Ruang-ruang itu seperti peran-peran yang tersedia,
menggiurkan untuk diisi tetapi berat untuk dipenuhi.
Bagi saya, manusia dengan kacamata bergurat, ruang-ruang tersebut tak
lagi cemerlang dan menggiurkan. Memandanginya hanya membuat saya over
stimulated dan begitu jengah. Entah mengapa, rasanya tak ada satu pun ruang
yang cocok untuk saya tempati di lautan losmen ini. Bersama dengan udara
Februari, saya menarik napas dan menghembuskannya. Menyatakan pikiran dan
perasaan yang telah lama bergentanyangan dengan lantang. Saya Tak Lagi Menyewa
Kamar dari Lautan Ruang Kehidupan. Ya, saya tak mau menyewa apa-apa yang
ditawarkan. Mengerjarnya mati-matian, memahat tubuh dan mengikir jiwa
agar "layak"dengan ruang yang ditawarkan. Memilah bawaan saya dengan berat
hati hanya agar muat dan pantas dipajang dalam etalase mentereng yang
disiapkan. Saya tak akan menyewanya, biarpun sungguh terlihat sangat indah dan
menjamin.
Mungkin, membangun kamar sendiri lebih tepat bagi saya. Tempat saya membuang
dan menumpuk barang usang, antik, ataupun penemuan baru yang sepele. Menatanya
dalam kamar itu, menjadikanya sebuah ruang yang dapat dengan bebas saya
tempati tanpa perlu merasa harus menyortir untuk ditaruh di etalase. Bahkan
tak harus ada etalase. Tanpa perlu memajang atau menyembunyikan apapun,
tak pula berpura-pura. Membukakan pintu hanya bagi yang bersedia singgah
barang satu-dua saat untuk mengobrol, bercakap-cakap, bertukar pikiran,
berdiskusi, berdebat sehat, mencoba sekadar mengenal atau mungkin
menetap. Tanpa paksaan, tanpa ekspektasi.
Lalu di manakah kamar itu saya bangun? Di sini. Ini adalah salah satu kamar
yang saya bangun. Tempat saya menuangkan diri saya secara mentah dan
mematangkannya. Tempat saya meracau atau merenung. Tempat menumpuk atau
menyimpan, tempat membuang atau mengumpulkan. Perlahan-lahan saya akan
bangun kamar ini. Menyediakan sebuah sudut untuk membaca dan memandang. Entah
akan jadi apa nantinya, yang saya tahu ini bukan ruang yang saya sewa. Tak
lagi sebuah kamar sewaan.
Begitulah kira-kira. Ah, racauan ini. Begitu mentah dan transparan, kan?
Selamat datang di Books and Thoughts. Selamat bersenang-senang dengan
kekacauan yang (mungkin) ditawarkan, atau mungkin menderita karenanya.
Ya, begitulah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar