Minggu, 02 Februari 2025

Tak Lagi Menyewa Sebuah Kamar di Lautan Ruang

sumber gambar: freepik
Saya tak lagi menyewa kamar di lautan ruang kehidupan
 Ya, saya baru saja mengatakan hal aneh itu pada judul. Rasanya, dalam hidup ini banyak sekali ruang-ruang dengan berbagai macam bentuk yang bertebaran. Mengimbau dengan suara merdu tetapi amat dingin, meminta untuk didatangi. Sayangnya, menempati ruang tersebut tidaklah cuma-cuma. Ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi untuk menyewa. Tak jarang, untuk mendapatkannya kita mesti berkompetisi dengan calon penyewa lain. Begitulah kira-kira yang saya pikirkan tentang kehidupan. Ruang-ruang itu seperti peran-peran yang tersedia, menggiurkan untuk diisi tetapi berat untuk dipenuhi. 

Bagi saya, manusia dengan  kacamata bergurat, ruang-ruang tersebut tak lagi cemerlang dan menggiurkan. Memandanginya hanya membuat saya over stimulated dan begitu jengah. Entah mengapa, rasanya tak ada satu pun ruang yang cocok untuk saya tempati di lautan losmen ini. Bersama dengan udara Februari, saya menarik napas dan menghembuskannya. Menyatakan pikiran dan perasaan yang telah lama bergentanyangan dengan lantang. Saya Tak Lagi Menyewa Kamar dari Lautan Ruang Kehidupan. Ya, saya tak mau menyewa apa-apa yang ditawarkan. Mengerjarnya mati-matian, memahat tubuh dan mengikir jiwa  agar "layak"dengan ruang yang ditawarkan. Memilah bawaan saya dengan berat hati hanya agar muat dan pantas dipajang dalam etalase mentereng yang disiapkan. Saya tak akan menyewanya, biarpun sungguh terlihat sangat indah dan menjamin. 

Mungkin, membangun kamar sendiri lebih tepat bagi saya. Tempat saya membuang dan menumpuk barang usang, antik, ataupun penemuan baru yang sepele. Menatanya dalam kamar itu, menjadikanya sebuah ruang yang dapat dengan bebas saya tempati tanpa perlu merasa harus menyortir untuk ditaruh di etalase. Bahkan tak harus ada etalase.  Tanpa perlu memajang atau menyembunyikan apapun, tak pula berpura-pura. Membukakan pintu hanya bagi yang bersedia singgah barang satu-dua saat untuk mengobrol, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berdiskusi, berdebat sehat,  mencoba sekadar mengenal atau mungkin menetap. Tanpa paksaan, tanpa ekspektasi. 

Lalu di manakah kamar itu saya bangun? Di sini. Ini adalah salah satu kamar yang saya bangun. Tempat saya menuangkan diri saya secara mentah dan mematangkannya. Tempat saya meracau atau  merenung. Tempat menumpuk atau menyimpan, tempat membuang atau mengumpulkan.  Perlahan-lahan saya akan bangun kamar ini. Menyediakan sebuah sudut untuk membaca dan memandang. Entah akan jadi apa nantinya, yang saya tahu ini bukan ruang yang saya sewa. Tak lagi sebuah kamar sewaan. 

Begitulah kira-kira. Ah, racauan ini. Begitu  mentah dan transparan, kan? Selamat datang  di Books and Thoughts. Selamat bersenang-senang dengan kekacauan yang (mungkin) ditawarkan, atau mungkin menderita karenanya. 

Ya, begitulah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thought: Bangku Suporter

Saya selalu meyakini bahwa saya adalah seorang suporter--pendukung bagi orang lain. Bukan karena ingin disukai, diterima, atau t...