Tampilkan postingan dengan label Poem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Poem. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Juni 2025

Poem: Labirin

Oleh: S. N. Aisyah

Tuhan,
Apa yang telah kami lupakan?

Rasanya sungguh janggal,

Saat saudara-saudara kami
Dilanda derita hebat
Sedang kami masih bernapas
Di dunia yang berkelebat
Hanya singgah sebentar di layar
Melihat hidup mereka yang kelat

Memang,
Tenggorokan kami tercekat,
Mata berlinang, tangan gemetar,
Hati memanas,
dilanda gundah dan amarah
Mengapa nasib mereka
tak kunjung berubah?

Kami pontang-panting 
Usir gusar di dada, cari segala cara
Untuk memanggul barang sedikit 
Beban mereka
Melakukan apa yang kami bisa
'tuk berada di pihaknya
Coba hentikan 
laju rudal sengsara biadab
Yang tak tahu diadab

Tetapi, mengapa kemudian 
Hidup berjalan kembali
Seperti sedia kala?
Seperti tangisan mereka
Tak pernah sampai di daun telinga

Seolah kehidupan membatu,
Bungkam seribu bahasa
Sedang kematian mereka
Tak ditawar dengan sedikit
Saja segala macam perjanjian 
Damai dunia

Rasanya sungguh janggal,

Tangan kami masih saja bergelimang 
Darah dan debu
Dosa-dosa 
hati yang kelabu

Benarkah sudah kami berikan
Usaha terbaik kami, Tuhan?

Apa yang telah kami lewatkan?
Apakah karena sujud kami yang kerap 
Selayang di atas bumi
Tanpa sejenak tuma'ninah ini?

Siapakah yang terselamatkan,
Jiwa-jiwa mereka 
Ataukah 
Jiwa kami yang 
Gersang dan kerontang?


Kota Bertuah, 17 Juni 2025

Rabu, 11 Juni 2025

Poem: Merpati Putih Juni (Kepada Nona N.S.)

Sudah Juni lagi
Bukankah
Masa bergulir kencang
Seperti angin yang tiada henti 
Menerbangkan ujung gamismu? 

Waktu berlalu begitu buru-buru
Baru saja mata mengerjap
Sebelas hari sudah berlari
Tinggalkan kau di garis termuka
Dengan tanya dan terka

Kau paling paham
Ini bukan perlombaan 
Yang mesti kita menangkan

awan-awan 
Yang menanggung hujan-hujan,
Itulah engkau
Yang luruh
Satu per satu
Bukan karena lemah atau kalah

Sebab kau tahu
Jalan mana
Yang harus dipilah
Jalan mana
Yang pada-Nya
Kau berserah

Maka, Nona,
untukmu tahniah 
Biar lilin waktu semakin terbakar
Di hatimu menjulang sabar

Untukmu, tahniah
Semoga di hari lahirmu
Tuhan limpahkan barokah


10 Juni 2025

Rabu, 19 Februari 2025

Puisi

 

Igau Pujangga

: R, padamu jua sajakku berlabuh

(oleh: S. N. Aisyah)

Kau mendongak ke langit  paling pekat

--Legam, serupa kopi nan kauteguk sehari-hari—

berjalan menuju kawah rawa

tempat segala buaya menanti mangsa

kunang-kunang terbang

jalinan waktu minta dikenang-kenang

lewati saban detik, titi papan bederik

Cahaya matahari jatuh di gulungan awan

Memberi kelam pada bumi yang sawan

Malam-malam jelma makam

Kawan-kawan adalah amam

Di naung kabut dini dan asap  kalbu,

Kau dan aku duduk: kusesal impi, kauusap bahu

Berkilah mengutuk nasib abu-abu

Memilih buku-buku, rambu-rambu, dan kubu-kubu semu

Mencari tanya yang tak tentu, melempar jawab nan tak perlu

Kerap, saat fajar,  suara-suara dalam kepala kita rekah;

Mencari jawab,  usir amarah:

Adakah menara yang lebih rapuh dari raga

berumah jaring laba-laba?

akankah kita melangkah meski kopi tak lagi dapat kaunikmati?

Akankah kebebasan kita rangkul saat mengalah?

Kepada siapa kita ‘kan berserah?

Mahato, 25 Juli 2022

Senin, 10 Februari 2025

Poems: Percakapan Hujan


Oleh: S. N. Aisyah

Malam ini, kudengar percakapan 

hujan dan genteng 

Begitu riuh dan langgeng

Berceloteh riang

Mengisahkan bulan,

Yang tiap malam berputar, 

kadang temaram, kadang benderang, 

kadang ia padam.

Juga tentang pohon, 

Kendati diterpa badai dan geledek

Teguh mengakar, tak merengek.

Serta tanah, tak tahu lelah

Biarpun tinggi, tak ‘kan lebih

Dari telapak kaki


Malam ini,

kudengar pula

Percakapan dalam kepala

Memaki tiap muram, keluh, 

pun gerutu

Hati dan benakku 

Tak henti berseteru

merajam kalbu

buat saraf beku


Di balik tempurung kepala

Gemuruh angin mengoyak plafon,

dingin hujan jatuh berderu

hunjam hening 

di wajahku


Runung, 10 Februari 2025

01: 07 A.M.

Senin, 23 Januari 2023

Sajak-Sajak yang Dilupa (C. Anwar dan paut kenang)

Sajak-Sajak yang Dilupa (C. Anwar dan paut kenang) 
oleh: S.N. Aisyah

purnama tahun ‘22 
Nyala-nyala suluh berdiam di dadamu
baur dalam kabut dan udara 
timpa hujan senja
Di bibirmu, cerutu tutup gerutu abu hidup
Menambah luka-luka pada rabu
Rawat suka-duka di balik nisan

Kerap kaukirim kabar ‘tuk kawan dan kasih hati 
Lewat sajak-sajak merdeka dari raga nan tuna: 
ratus kata semayam dalam laci; banyak pula bakar belenggu bara; 
pun satu-dua tuai cerca-tunjuk tak berpunya 
katamu: "Nantilah kalau aku sudah meninggal, mereka akan mengerti. 
Mereka akan memujaku. Mereka akan mematungkan diriku." 

Belakangan, malam makin kelam 
Empat-lima nyawa jelma kumpulan terbuang 
Tuan, Tidakkah binatang jalang berjalan dalam sepi malam? 
Tahukah engkau? dua-tiga pujangga cari bayangmu di sajak-sajak
benam hati dalam menung, kenang hari kau bernaung
Satu-dua dari mereka turut termangu 
panggil Pemilik Teguh
saat maut kaurengkuh 

Pekanbaru, 22 Juli 2022

Thought: Bangku Suporter

Saya selalu meyakini bahwa saya adalah seorang suporter--pendukung bagi orang lain. Bukan karena ingin disukai, diterima, atau t...