Sabtu, 15 Maret 2025

Fiksi Mini: Nekromansi

Oleh: S. N. Aisyah


Pukul sepuluh. Malam ini, seperti yang dikatakannya, bulan biru (the blue moon) bertengger di langit.

Ponselku bergetar, sebuah pesan masuk.

 “Di depan.”

Kusibak tirai jendela. Helen—si anak gotik—berdiri tepat di seberang rumahku. Kulitnya yang pualam terlihat semakin pucat pasi di bawah naungan rembulan. Segera kutemui ia. Tak lama kemudian, kami sudah berada jauh di perut hutan. Tepat di bawah rindang pohon beringin, Helen mengeluarkan sebuah kapur putih, 5 lilin, 5 bagian tulang, sebuah kerangkeng kecil, macis, dan sebilah pisau lipat dari tasnya. Ia menggambar lingkaran serta bintang bersudut lima di tanah dingin menggunakan kapur lalu menyusun lilin dan tulang di tiap-tiap sudut bintang.

”Duduklah,” ucapnya. Kandang berisi tikus dan ransel yang menggembung tergeletak di sisi kirinya.

”Kau … yakin?” tanyaku. Ragu-ragu pula aku duduk di hadapannya.

“Tentu saja!”  jawabnya tegas. Kemudian, ia kembali merogoh tasnya.

Dag!

Jantungku jatuh ke dasar perut saat ia menaruh bangkai kucing di antara kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thought: Bangku Suporter

Saya selalu meyakini bahwa saya adalah seorang suporter--pendukung bagi orang lain. Bukan karena ingin disukai, diterima, atau t...