Kamis, 29 Mei 2025

Fiksi Mini: Buron!

Oleh: S. N. Aisyah


Sudah enam pekan lamanya sejak wanita muda itu diselamatkan. Saban hari ia berkurung diri dalam kamar. Merajuk. Minta diizinkan pergi menjenguk tahanan kota yang dulu kerap jadi buron.
”Keluarlah, Nak. Apa yang kau inginkan dari menjenguk orang tak beradab, yang tahunya merampas orang dengan menyandera?” Begitulah Sang Ibu  membujuknya.

”Ibu tak tahu. Tak pernah tahu. Dia baik, Bu. Tak pernah ia menyakitiku. Toh, uang tebusan itu tak pernah jua ia terima.” Wanita muda itu enggan memenuhi permintaan orang tuanya.

Agaknya dua pekan dalam sanderaan memengaruhi kewarasannya. Begitulah pikir orangtuanya, lalu kata Sang Ibu lagi,”Hanya sebab kami menemukanmu. Jika tidak, tentu uang itu dilibasnya.”

”Tidak. Bukan begitu. Dia hanya butuh kawan. Biarkan aku menjenguknya. Kasihan dia,” suara putri kesayangannya bergetar.

”Apa kau sudah dijampi?” berang dan putus asa melanda Sang Ibu.
”Apa yang salah dari mengunjungi orang yang tak punya siapa-siapa lagi di muka bumi? Bukankah  ibu yang mengajarkanku untuk peduli pada orang lain?” Begitulah kukuhnya pendirian wanita itu.

”Baik, pergilah. Setelah itu berhentilah bertingkah.” Mungkin saja sebab tak tahan akan keadaan anaknya, ibu mengalah.

Dua hari kemudian, wanita muda itu menemui tahanan. Juga hari-hari selanjutnya. Hingga, di hari ke-20 kunjungannya, anak semata wayang itu tak pernah pulang. Tiga hari  telah berlalu sejak  laporan orang hilang diajukan. Dalam perjalanan mencari anak,  Sang Ibu singgah sebentar di sebuah warung. Mendadak jantungnya seakan jatuh ke dasar perut, TV di warung itu melantangkan sebuah berita. Si Tahanan Kota  kabur … bersama putrinya.


Kota Bertuah, 22  Mei 2025


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thought: Bangku Suporter

Saya selalu meyakini bahwa saya adalah seorang suporter--pendukung bagi orang lain. Bukan karena ingin disukai, diterima, atau t...