Saya tidak tahu persis kapan mulanya saya menikmati kegiatan membaca. Sejauh ingatan yang bisa saya raih, itu saat duduk di taman kanak-kanak. Ketika itu, di sampul belakang buku pelajaran (kalau tidak salah) ada sebuah cerita bergambar singkat tentang seorang anak yang malas sekolah, ia selalu bangun terlambat. Hingga suatu hari, ia terburu-buru berangkat sekolah. Saat itu, saat ia memutuskan tidak malas bersekolah, ia mendapati sekolah sepi. Ya, hari itu hari minggu. Entah mengapa cerita tersebut membekas bagi saya. Saya masih ingat betapa seringnya cerita itu saya baca ulang. Itulah ingatan paling usang yang saya miliki tentang membaca. Kini, saya selalu senang jika menemukan buku bagus.
Saya tidak dapat disebut sebagai kutu buku atau istilah lainnya. Hubungan saya dengan buku tidak seintens itu. Saya belum bisa menjadi sahabat buku. Namun, satu hal yang saya tahu pasti, buku selalu menjadi teman bagi saya. Buku senatiasa memberikan pelajaran pada saya. Buku selalu siap menemani saya saat menghadapi masalah dalam kehidupan. Baik secara fisik maupun mental.
Terkadang saya mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup yang sedang saya alami saat membaca buku. Di lain waktu, membaca buku membawa saya kembali mengingat pelajaran dari hidup. Pertemuan dengan buku-buku tersebut membuat saya sesekali menjadi terlalu menuntut dan sedikit mudah kecewa pada buku yang tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Namun, sekarang saya sadar bahwa prilaku tersebut kurang elok.
Suatu hari, saat saya mempertanyakan banyak hal tentang kehidupan yang tengah saya jalani, saya ditakdirkan berjumpa dengan PCW yang saat itu mengadakan kelas menulis cerpen. Saya mutuskan untuk mengikutinya (tentu saja sebagai benar-benar pemula). Dibimbing dengan mentor yang pro dan sangat perhatian serta teman-teman yang baik, belajar menulis menjadi menyenangkan. Proses belajar itu membuat saya sadar bahwa menulis karya yang baik tidaklah semudah membalik telapak tangan. Saya diajari untuk tidak berlaku kejam pada buku.
Cara lain buku mengajari saya adalah, saat mengikuti antologi buku Sayap-Sayap Mimpi dan Menjadi Wanita Paling Bahagia yang dinaungi oleh PCW, saya merasa seperti sedang mencari jawaban melalui menulis. Saya merasa ditampar oleh kegundahan yang tidak saya sadari selama ini dan diseret paksa untuk menghadapinya. Perlahan-lahan saya belajar untuk memahami diri sendiri. Proses menulis ini membuat saya berpikir secara sadar. Sesuatu yang sangat berharga dalam hidup sebab sebagian besar manusia mungkin hidup secara otomatis dan tanpa kesadaran penuh.
Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman seperti ini buka apa-apa. Namun, bagi saya ikut dalam dua antologi ini memberikan sangat banyak pelajaran berharga. Membuat saya berpikir, lagi-lagi buku menemani perjalanan saya dan menitipkan pelajaran berharga.
2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar