Jumat, 06 Juni 2025

Thought: Entahlah

Benarlah bahwa manuisa harus menyelesaikan perkara dirinya sebelum ia terjun dalam kehidupan orang lain. Agar ia tak merusak kehidupan orang lain.  Ya, ini adalah pandangan yang benar. Tetapi akankah  bila seseorang  masih memiliki kekurangan yang harus ia perbaiki berarti ia harus sepenuhnya menjauh dari manusia lainnya?  Seakan  perkara  diri  manusia adalah sesuatu yang statis dan  tak akan mengalami perubahan sampai kapan pun. Seolah  manusia yang 'selesai'  itu suatu kemutlakan yang dapat diukur dengan pasti.  Seolah manusia bukanlah makhluk dinamis yang mengalami pasang surut dalam dirinya. Apakah dunia diciptakan untuk orang yang sudah 'selesai' alias matang saja, atau juga untuk setiap manusia, baik yang matang atau berkembang? Pada akhirnya, tak ada yang bertanggung jawab atas hidup kita selain diri kita sendiri. Sepenuhnya, seutuhnya. Bukankah kita dapat sama-sama belajar dari manusia satu dan manusia lainnya? Mungkin ini tak sepenuhnya benar dan tak juga sepenuhnya tertolak. Permainan sudut pandang memang menarik dan kadang menjerumuskan.  Mungkin yang perlu kita lakukan hanyalah berusaha, berproses untuk menjadi lebih baik sebisa mungkin. Walaupun usaha itu hanya sekadar 1 persen saja. Seperti yang dikatakan dalam buku Atomic Habit, 1 persen itu akan memberikan dampak yang significant jika dikerjakan secara terus menerus.  Lalu dapatlah kita tambahkan bahwa  dalam setiap usaha yang 1 persen itu, berikanlah 100 persen dirimu.  Entahlah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thought: Bangku Suporter

Saya selalu meyakini bahwa saya adalah seorang suporter--pendukung bagi orang lain. Bukan karena ingin disukai, diterima, atau t...